Saya Salut
BALADA SEPATU
Oleh Menar Rizie GH
Aku seorang sepatu. Yang di beli oleh wanita waktu aku baru lahir dulu. Setiap sepatu dilahirkan sepasang, kiri dan kanan. Bagai sisi dua mata uang, kami tak dapat dipisahkan. Bila salah satu dari kami rusak, yang lain akan menyusul. Bila yang satu hilang, yang lain mungkin dibuang.
Ketika sampai di rumah baru, aku punya banyak kawan, Sang Meja lampu, Pak Rak buku. dengan sigap aku berkenalan. “Hei, namaku Sepatu!”
Yang aku heran, mereka sangat bersahabat. Bercerita tentang kesenangannya menghuni rumah. Apalagi pak Rak buku, dia bangga menjadi tempat berteduhnya ilmu. Banyak buku tinggal di sana, banyak ilmu yang dia tahu. Ada buku metafisika, atau ada juga tentang reaksi kimia. Dia menceritakannya satu persatu, memperkenalkan buku-buku itu padaku. Aku senang, kini aku punya banyak teman.
Lainnya dengan pak Rak buku, sang Meja lampu berwajah sendu. Ketika kutanyakan mengapa, dia bilang tidak tahu. Lalu pak Rak buku menjelaskan padaku, bahwa sang Meja lampu sedang rindu.
Rupanya Sang Meja lampu, jatuh cinta pada Lampu terawang. Tapi sang Meja lampu tak mau mengaku. Mungkin karena Lampu terawang begitu angkuh. Lehernya tinggi menjulang, tak mungkin menunduk melihat meja lampu. Kepalanya yang bercahaya membuat Lampu terawang terang, bagai bintang, gemilang. Itu sebabnya Sang Meja lampu tak mau mengaku, tapi Pak Rak buku tetap tahu, karena dia punya banyak ilmu. Dari ilmu fisika sampai kimia saja bisa, kalau ilmu tentang jatuh cinta, pasti biasa saja. Aku tersenyum geli mendengarnya, cuma dalam hati saja. Karena kalau aku tertawa, pasti sang Meja lampu akan menderita. Lalu aku menengadah ke atas, Lampu terawang begitu gemilang. Anggun. Pantas saja sang meja lampu tak mau mengaku. Mungkin karena malu.
Baca selengkapnya klik di sini
Belum ada Komentar untuk "Saya Salut"
Posting Komentar