Tak lagi Full House
Tidak ada yang lebih kunantikan saat ini selain membaca email-mu, tapi mengapa masih saja kau tanyakan itu? Bukankah sudah kuceritakan padamu akhir kisah Han Jien dan Lee Yong Jai? Mereka akhirnya bersama, bahagia. Tidak seperti kita yang akhirnya terpisah. Dan aku mensyukuri hal itu. Bukankah aku selalu kau kalahkan? Aku tahu kau sedang menyindirku Ed. Sepertinya kau masih marah karena janji yang kubatalkan lantaran aku memilih menonton Full House. Ayolah...Ed, itu sudah lama sekali.
Kau mau mengajakku berdebat? Atau adu siapa yang lebih cepat. Atau kau mau kita bermain congklak? Ah, ya aku ingat. Kau masih berhutang sepuluh wafer superman untuk kekalahanmu bermain congklak waktu itu. Kapan kau akan membayarnya?
Hari ini sengaja aku tak membalas emailmu. Aku tak ingin kau membaca kekacauan pikiranku. Sekali-kali telat saru hari balas emailmu tak apa-apa kan? Sepuluh menit saja aku ingin mengurai kenangan itu: Full House...
Oya Ed, nanti di emailmu ke 34 jangan lagi kau suruh aku ceritakan Full House. Aku sudah bosan menontonnya hingga empat kali. Saat ini yang sedang kutonton Bread, Love, and Dream. Dan kau tak perlu marah karena aku tak akan membatalkan janji denganmu lantaran lebih memilih nonton serial itu.
nice ^^
BalasHapus