Recent Posts

    Bukan Saat untuk Berhenti

    Kepada Kawanku Kartini
    di Negeri Kiwi

    Kawan, 
    ingatkah ketika kita masih Sekolah Dasar? Setiap kali guru meminta kita menyanyikan lagu nasional. Kau selalu memilih lagu itu.
    Ibu kita Kartini
    Putri sejati. Putri Indonesia
    Harum namanya.
    Begitulah kau bernyayi dengan lantang meski terkadang meleset dari nada. Lantas pada 21 April, hari Kartini, kau bersemangat mengikuti lomba baca puisi. Kau berdeklamsi dengan sajakmu. Tepuk tangan membahana setelah kau bacakan larik terakhir sajakmu. Dan itu akan selamanya menjadi kenangan. 

    Kini, kau di Negeri Kiwi. Sudah lima tahun kau tak mencium aroma tanah kelahiran. Tidakkah kau rindu aroma ranum mangga di pekarangan rumahku? Aroma embun, ilalang, padi yang menguning ketika kita bermain di pematang sawah, tidakkah kau rindu untuk membauinya kembali? 

    Kawan,
    Apa di sana kau sesekali mengintip negerimu? Mungkinkah di dunianya sekarang, Kartini bisa tersenyum? Kita memang telah merdeka. Tapi, ah...miris rasanya. Ada mereka yang menangis karena daerahnya menjadi derah lumpur. Pekat dan pengap. Mereka rindu rumah mereka. Ada mereka, yang mengais jalanan dengan terseok. Anak-anak kecil, kumal, dengan kaleng kecil. Ada mereka yang tak ingat Tuhan. Ada juga yang mengatasnamakan nabi terakhir utusan Tuhan. Ada mereka yang di negeri orang, disiksa, trauma, merana.

    Tapi, kau jangan pesimis dulu Kawan. Banyak pula mereka yang bangkit. Para Kartini Indonesia. Mereka yang membawa nama bangsa lewat karya dan prestasinya. Mereka yang mandiri dan berkarya. Mereka yang bahagia dengan hidupnya. Tersenyum ketika mentari. Mengucap syukur ketika datang petang. Tapi, entahlah. Aku tak menghintungnya. Apakah jumlah mereka yang harum sebanding dengan jumlah mereka yang merana? Entahlah.

    Kawan,
    aku jadi berpikir. Betapa bodohnya jika saat ini aku bilang lelah dengan hidupku. Betapa berdosanya aku  jika saat ini aku mengingkari nikmat Tuhan. Seandainya saat itu, Kartini menyerah. Mungkinkah saat ini perempuan bersekolah, mencapai gelar akademis, juga bebas berkarya?

    Saat ini, hanya dengan tidak berhenti berusaha, aku merasa aku tidak mengingkari perjuangan Kartini. Meski terkadang lelah dengan tingkah laku mereka. Aku akan tetap mengajari mereka. Aku akan memainkan peranku dengan baik sebagai guru bahasa dan sastra Indonesia. Aku tak akan menyerah, meskipun terkadang mereka mengabaikanku. Karena hanya inilah yang bisa kulakukan untuk beliau yang saat itu tak menyerah: RA Kartini.

    Kawan,
    Kuharap tak hanya aku yang ingin terus membagi cahaya. Kuharap para Kartini yang lain juga tak akan berhenti. Menebar cahaya cinta, ilmu, dan kasih sayang untuk para penerus negeri. Kuharap banyak perempuan Indonesia, mengingat hari itu: Hari ketika Kartini tak menyerah dengan keterbatasannya. Ketika Kartini tanpa lelah menjadi guru bagi perempuan Indonesia di massanya.
    ... 
    Ibu kita Kartini
    Pendekar bangsa
    Pendekar kaumnya
    Untuk merdeka 
    Wahai ibu kita Kartini
    Putri yang mulia
    Sungguh besar cita-citanya
    Bagi Indonesia

     Dari Kawanmu, Kartika
    di Negeri Ibu Pertiwi

    Belum ada Komentar untuk "Bukan Saat untuk Berhenti"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel