Recent Posts

    GUSUR ADHIKARYA # 2


    -->
    Rumah Kita
    Oleh Gusur Adhikarya
    Aku memahaminya dengan sederhana dulu ada segelintir orang membangun rumah. Dimulai dari fondasi, tiang-tiang, dinding, pintu, jendela, atap, dan ruang-ruang yang dibutuhkan  sehingga kemudian jadilah rumah lalu orang-orang diundang mengisi rumah itu. orang-orang diundang tidak semata-mata karena si pendiri rumah karena membutuhkannya, tapi juga karena orang-orang itu sangat mengingankannya menjadi anggota rumah tersebut. menjdai bagian rumah tersebut. dan sangat mengharap diundang.

    Orang-orang itu kemudian ada yang bertugas mengurus dapur, kamar mandi, kamar tidur, ruang tamu, teras…Lambat laun rumah itu terang benderang, bahagaia…Dan jika sanggup berkata jujur, para penghuni rumah itu merasakannya bersama. Tapi situasi tidak selamanya cerah. Kadang sinar lampu di rumah itu suram, karena situasi memaksanya begitu. Oleh pendirinya, kendati topan berkali-kali melanda, rumah itu tetap diupayakan terus berdiri. Dan para penghuni rumah tetap dipertahankan untuk tetap tinggal, karena mereka telah menjadi bagian anggota yang dicintai.
    Dalam perjalanannya, bila ada bagian yang rusak, si pendiri segera merenovasi. Tapi memang tidak selamanya rencana berjalan mulus. Karena topan badai terlalu kuat bertiup. Dan manusia punya keterbatasan berupaya. Pada akhirnya wujud dari semua rencana ditentukan oleh Tuhan. Pada saat lampu-lampu redup koma, rumah menjadi gelap. Penghuni rumah gelisah, itu wajar. Tapi yang terjadi adalah para penghuni rumah, yang semula datang sebagai calon anggota dan bukan pendiri berontak ingin mengusir pendiri rumah pergi…
    Ini sebuah sajak. Sajak nyata yang arogan…Tapi milik siapa arogansi itu…?
    Sumber: STORY TEENLIT MAGAZINE Edisi 7/ Th. I 25 Januari 2010-24 Februari 2010 Halaman 98

    Belum ada Komentar untuk "GUSUR ADHIKARYA # 2"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel