Recent Posts

    Cerita untuk Ayah

    Alhamdulilah...cerpenku ini "CERITA UNTUK AYAH" menjadi salah satu dari lima pemenang harapan LMCR 2010 kategori C.
    Pernahkah kau sangat merindukan seseorang? Itulah yang dirasakan Afrah. Rindu pada sang ayah belum juga berlabuh. Kakaknya, Adib yang bekerja di peleburan logam tradisional berjuang untuk menyekolahkan Afrah. Inilah kisah sedih, cerita bahagia, juga haru yang mereka alami ketika sang ayah tak juga pulang...
    CERITA UNTUK AYAH
    oleh Kartika Hidayati

    “Aku lihat mereka memakainya,” katanya. Dia meyerahkan bando dengan hiasan kupu-kupu pink yang terbuat dari kain flannel kepadaku. Sangat cantik.
    “Bisakah Kakak berikan saja untuk Mbak Helsa? Hari ini ulang tahunnya.”
    “Aku membelikannya untukmu.  Pakai saja. Kalau tidak mau, buang saja!”

    Dia mengambil kaus oblong bekasnya. Menutup mulutnya dengan kaus itu dan segera berlalu dari hadapanku. Dia benar-benar mirip ninja.
    Aku memandangnya dengan getir. Dia berjalan menjauhiku. Menuju petak-petak gubuk yang mengeluarkan asap kehitaman. Cerobong-cerobong dan asap yang keluar itu, tak ubahnya monster yang menutupi hamparan langit biru hingga menjadikannya kelabu, kecoklatan, dan kehitaman.
    Sering aku berpikir, cukupkah hanya memakai kaus oblong bekas sebagai masker? Jika setiap harinya dia bekerja di peleburan logam. Udara yang dia hisap setiap detiknya sudah terpolusi logam. Aku sungguh mengkwatirkannya.
    Ayah, laki-laki dua puluh tahun yang memberikan bando ini, dia kak Adib. Adib Parama Rafif, anak laki-lakimu. Apa saat ini ayah merindukannya? Dia tidak segemuk waktu ayah tinggalkan. Tubuhnya tak ubahnya pohon kelapa yang hangus terbakar. Setiap hari tubuhnya bau asap dan logam.
    Dia yang selalu kau usap kepalanya kini tak pernah lagi ke sekolah. Aku masih ingat. Saat itu tahun ajaran baru. Hari pertama kak Adib masuk SMP terbaik, ayah membantunya memasangkan sepatu baru yang ayah belikan untuknya.
    “Belajar yang rajin, jadilah anak pintar.” Itu yang ayah katakan padanya.
    Apa ayah ingat hal itu? Lalu dengan sepeda ontel, ayah mengantar kak Adib ke sekolah. Masih jelas di benakku, ekspresi bahagia ayah. Juga kak Adib yang tak hentinya memamerkan gigi-giginya yang rata. Anak lak-laki kebanggan ayah. Benarkah ayah tak merindukannya?
    ...
    Baca selengkapnya klik di sini

    Belum ada Komentar untuk "Cerita untuk Ayah"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel